Sabtu, 06 Februari 2010

Proyeksi Pangan Provinsi Bali Tahun 2000-2015

Tulisan ini merupakan Tugas mata kuliah Perencanaan Kependudukan. Saya kerjakan dalam waktu yang cukup lama, dimulai dengan pengumpulan data sekunder di PSKK UGM ( bolak-balik cari sensus penduduk dan statistik indonesia) dan juga mengumpulkan berbagai referensi mengenai pangan dan kependudukan di Provinsi Bali. Semoga dapat Bermanfaat...

BAB I
PENDAHULUAN

I.1 Latar Belakang
Dalam kurun waktu beberapa tahun, masalah kependudukan merupakan salah satu topik diskusi yang semakin luas, baik melalui mass media, dalam pembicaraan (forum resmi maupun dalam percakapan umum sehari-hari). Hal itu adalah salah satu petunjuk semakin timbulnya kesadaran masyarakat dunia bahwa krisis kependudukan telah berkembang mencapai situasi yang semakin parah sehingga menjadi salah satu tantangan dan ancaman bagi kehidupan secara keseluruhan di planet bumi kita. Di era globalisasi sekarang ini perkembangan zaman semakin maju dengan pesat. Di samping itu perkembangan penduduk juga bertambah dengan cepat. Peristiwa krisis moneter dan krisis moral yang terjadi juga turut mewarnai dekadensi bangsa Indonesia. Kurangnya investasi, banyaknya pengangguran membuat bangsa Indonesia semakin miskin. Selain kemiskinan, masalah yang dihadapi bangsa Indonesia sekarang ini adalah kepadatan penduduk. Para pemakai data kependudukan, khususnya para perencana, pengambil kebijaksanaan, dan peneliti sangat membutuhkan data penduduk yang berkesinambungan dari tahun ke tahun. Padahal sumber data penduduk yang tersedia hanya secara periodik, yaitu Sensus Penduduk (SP) pada tahun-tahun yang berakhiran dengan angka 0 (nol) dan Survei Penduduk Antar Sensus (SUPAS) pada pertengahan dua sensus atau tahun-tahun yang berakhiran dengan angka 5 (lima). Sumber data kependudukan lain yaitu registrasi penduduk masih belum sempurna cakupan pencatatannya tetapi datanya sudah dapat digunakan untuk perencanaan pembangunan nasional. Seperti diketahui bahwa hampir semua rencana pembangunan perlu ditunjang dengan data jumlah penduduk, persebaran dan susunannya menurut umur penduduk yang relevan dengan rencana tersebut. Data yang diperlukan tidak hanya menyangkut keadaan pada waktu rencana itu disusun, tetapi juga informasi masa lampau dan yang lebih penting lagi adalah informasi perkiraan pada waktu yang akan datang. Data penduduk pada waktu yang lalu dan waktu kini sudah dapat diperoleh dari hasil-hasil survei dan sensus, sedangkan untuk memenuhi kebutuhan data penduduk pada masa yang akan datang perlu dibuat proyeksi penduduk yaitu perkiraan jumlah penduduk dan komposisinya di masa mendatang.
Proyeksi penduduk merupakan ramalan jumlah penduduk melalui perhitungan ilmiah yang didasarkan pada asumsi dari komponen-komponen laju pertumbuhan penduduk, yaitu kelahiran, kematian dan perpindahan (migrasi). Ketiga komponen inilah yang menentukan besarnya jumlah penduduk dan struktur umur penduduk di masa yang akan datang. Untuk menentukan asumsi dari tingkat perkembangan kelahiran, kematian dan perpindahan di masa yang akan datang diperlukan data yang menggambarkan tren di masa lampau hingga saat ini, faktor-faktor yang mempengaruhi masing-masing komponen itu, dan hubungan antara satu komponen dengan yang lain serta target yang akan dicapai atau diharapkan pada masa yang akan datang.
Jumlah Penduduk yang bertambah dan ketersediaan pangan telah menjadi sebuah polemik yang belum terselesaikan. Dua abad yang lalu Robert Malthus melontarkan kerisauannya “apakah produksi pertanian dunia mampu mencukupi permintaaan pangan penduduk?”Malthus yakin bahwa pertumbuhan penduduk mengikuti deret ukur (1,2,4,8…) sedangkan pertumbuhan produksi pangan mengikuti deret hitung (1,2,3,4…).
Pemenuhan hak rakyat atas pangan merupakan salah satu pilar utama dari hak azasi manusia, oleh karena itu sesuai amanat Undang Undang No.7 Tahun 1996 tentang Pangan, terpenuhinya kebutuhan pangan bagi setiap rumah tangga yang direfleksikan oleh tersedianya pangan yang cukup, baik jumlah maupun mutunya, aman, merata dan terjangkau, merupakan syarat keharusan..
Mewujudkan ketahanan pangan nasional sebagai salah satu unsur penting dari ketahanan nasional, harus didukung oleh 3 aspek penting yaitu aspek ketersediaan, distribusi dan konsumsi pangan. Aspek penyediaan yang dalam hal ini ditentukan oleh faktor produksi pangan mengandung makna perlunya penyediaan pangan yang cukup sepanjang waktu, dengan mengutamakan pemenuhannya bersumber dari hasil produksi dalam negeri, sehingga Indonesia terbebas dari ketergantungan pangan kepada pihak luar. Aspek distribusi memegang peran penting agar ketersediaan pangan secara nasional dapat terdistribusi secara merata, sehingga kerawanan pangan pada daerah daerah tertentu dapat dicegah serta keterjangkauan (akses) rakyat kepada pangan baik secara fisik maupun ekonomis dapat diwujudkan.
Aspek konsumsi, terkait dengan pola/budaya makanan rakyat Indonesia yang bersifat lokal spesifik dan beragam antar daerah (polipaghus). Budaya ini perlu dilestariakan keberlanjutannya karena mempunyai nilai positif bagi ketahanan pangan lokal khususnya dan ketahanan pangan nasional umumnya
Mengingat bahwa jumlah dan kualitas konsumsi pangan menentukan kualitas SDM, maka aspek keragaman pangan, keseimbangan gizi, jaminan mutu dan keamanan pangan merupakan suatu hal esensial yang harus dipenuhi.
Tulisan ini akan membahas mengenai aspek ketersediaan pangan, dalam hal ini pangan yang dimaksud adalah makanan pokok yaitu beras. Ketersediaan pangan disini dilihat dengan membandingkan antara jumlah produksi dan kebutuhan akan beras. Tulisan ini mencoba memproyeksikan kebutuhan dan ketersediaan beras suatu wilayah yaitu provinsi Bali pada masa mendatang dengan menggunakan data pada masa sekarang dan asumsi-asumsi berkaitan dengan kependudukan dan pertanian. Perhitungan ketersediaan pangan wilayah ini sangat penting dilakukan untuk melihat melihat surplus tidaknya pangan di suatu daerah tertentu. Dengan diketahuinya ini neraca tersebut maka antisipasi untuk ketahanan pangan dalam aspek ketersediaan dapat dilakukan sejak dini.

I.2 Tujuan
Adapun tujuan dari tulisan ini adalah :
1.Mengetahui proyeksi kebutuhan pangan (Beras) dan proyeksi ketersediaan beras di Provinsi Bali
2.Mengetahui nilai ketersediaan beras di Provinsi Bali pada tahun 2000, 2005, 2010 dan 2015.
3.Mengetahui faktor-faktor yang mempengaruhi ketersediaan beras berkaitan dengan produksi dan kependudukan dan mampu memberikan beberapa alternatf kebijakan.


I.3 Tinjauan Teori
Pada dasarnya semua pembangunan sangat membutuhkan data penduduk, tidak saja pada saat merencanakan pembangunan tetapi juga pada masa masa mendatang yang disebut dengasn proyeksi penduduk. Proyeksi penduduk bukan merupakan ramalan jumlah penduduk untuk masa mendatang, tetapi suatu perhitungan ilmiah yang didasarkan asumsi dari komponen komponen laju pertumuhan penduduk yaitu kelahiran, kematian dan migrasi penduduk.
Ketiga komponen inilah yang menetukan besarnya jumlah penduduk dan struktur penduduk dimasa yang akan datang. Ketajaman proyeksi penduduk sangat tergantung pada ketajaman asumsi trenkomponen pertumbuhan penduduk yang dibuat. Menurut BPS ( 1998 ), untuk menentukan asumsi tingkat kelahiran, kematian dan perpindahan dimasa yang akan datang diperlukan data yang menggambarkan tren di masa lampau hingga saat ini, factor factor yang mempengaruhi masing masing komponen, dan hubungan antara komponen dengan yang lain serta target yang akan dicapai atau diharapkan pada masa yang akan datang. Proyeksi penduduk ini secara priodik perlu direvisi, karena sering terjadi bahwa asumsi tentang kecenderungan tingkat kelahiran , kematian, dan perpindahan penduduk ( migrasi ) yang melandasi proyueksi lama yang tidak sesuai dengan kenyataan. BPS (1998) sudah beberapa kali membuat proyeksi penduduk yaitu pada setiap tersedianya data hasil sensus penduduk ( SP ) 1971, 1980, 1990, dan survei penduduk antar sensus ( SUPAS ) 1985 dan 1995.
Data dasar yang diperlukan untuk pembuatan proyeksi penduduk adalah
sebagai berikut;
1.Jumlah penduduk menurut kelompok umur dan jenis kelamin sebagai data dasar pembuatan proyeksi penduduk.
2.Besar dan perkembangan angka kelahiran , kematian, dan migrasi penduduk.
3.Tabel kematian yang sesuai dengan perkembangan komponen demografi pada periode proyeksi tersebut.
Proyeksi pangan dilakukan dengan cara menghitungkan kebutuhan dasar kalori beras per kapita per tahun dengan jumlah penduduk yang telah diproyeksikan. Ketersediaan beras dapat dihitung dengan metode UN dengan memperhitungkan indeks ketersediaan beras (IKP). IKP lebih dari 1 menunjukkan bahwa kebutuhan beras perkapita lebih besar daripada ketersediaan beras, dan berlaku sebaliknya apabila IKP lebih kecil dari 1 maka ketersediaan beras lebih besar daripada kebutuhan beras yang berarti ketercukupan beras terpenuhi.


BAB II
METODE

Hasil perhitungan proyeksi tulisan ini terdiri dari 2 bagian, yang pertama adalah proyeksi penduduk dan yang kedua adalah proyeksi ketersediaan pangan (Beras). Proyeksi penduduk dilakukan dengan metode komponen sedangkan proyeksi ketersediaan pangan dilakukan dengan metode UN,2004.
1.Proyeksi Penduduk
Metode komponen adalah metode proyeksi penduduk yang dilakukan dengan memperhitungkan kecenderungan fertilitas, mortalitas dan migrasi di masa mendatang. Metode ini adalah yang paling baik, namun tahapan pekerjaannya tidak mudah. Selain tahapan penghitungan yang cukup panjang, seri data kelahiran, kematian dan migrasi harus tersedia. Selain seri komponen demografi, juga harus ada asusmsi dan target demografi seperti fertilitas, mortalitas yang lazimnya didapat dari BKKBN dan Depkes. Selain membuat asumsi tingkat fertilitas, mortalitas, dan migrasi juga perlu diperhitungkan target MDGs dan masukan dari para pakar kependudukan. Secara umum tahapan pekerjaan proyeksi jumlah penduduk dengan metode komponen adalah sebagai berikut:
a. Perapihan data dasar: penduduk menurut kelompok umur lima tahunan dengan 3 metode yang berbeda, yaitu:
Perapihan data umur 10-64 tahun, menggunakan metode yang disusun oleh PBB (UN smooth),
Perapihan data umur 65+ tahun, menggunakan struktur umur penduduk suatu negara yang sudah stabil penduduknya, dan
Perapihan data umur 0-9 tahun, menggunakan survival ratio.
Data penduduk per kelompok umur yang sudah dirapikan dipakai sebagai penduduk dasar yang merupakan input ke dalam proses proyeksi.
b. Membuat Asumsi
Asumsi fertilitas dibuat dengan menentukan fungsi logistik dari data-data TFR sebelumnya dan dari target yang ditentukan, misalnya oleh BKKBN, mempertimbangkan target MDGs dsb.
Asumsi mortalitas, dalam hal ini asumsi mortalitas dilihat dari nilai P(X) dari life table yaitu nilai kemampuan seseorang mampu bertahan hidup pada rentang umur tersebut.
Asumsi migrasi dibuat dengan melihat kecenderungan migrasi: pola dan besarannya. Sampai saat ini diasumsikan bahwa keadaan masih sama dengan yang dicerminkan data migrasi terakhir yang tersedia.
Setelah menghitung semua maka dilakukan perhitungan dengan mempertimbangkan aspek yang telah disebutkan.

2.Proyeksi Pangan
Proyeksi pangan (beras) dilakukan dengan metode UN,2004. Langkahnya sebagai berikut :
1.Menghitung produksi beras per tahun, data yang digunakan adalah data produksi tahun 1995,2000 dan 2005 yang kemudian dilakukan proyeksi produksi padi pada tahun 2010 dan 2015.
2.Menghitung Produksi Netto dengan rumus :
Pnett = Produksi - (1-(B+PK+T))
Keterangan :
B = Bibit (0,0088)
PK = Pakan (0,02)
T = Nilai yang tercecer (0,054)
3.Menghitung Pprod
Pprod = Pnett x C
C = Konversi padi ke beras (0,632)
4.Menghitung ketersediaan pangan
KP =
5.Menghitung Indeks Ketersedian Pangan
IKP =
K = Kebutuhan minimum kalori (300gr)
KP = Ketersediaan Pangan


BAB III
PEMBAHASAN

Permasalahan pangan merupakan sebuah permasalahan yang sangat krusial dalam kehidupan. Pangan merupakan sebuah kebutuhan pokok yang harus ada sebagai penggerak kehidupan. Kebutuhan pangan dapat dilihat dari kebutuhan pangan pokok, dalam hal ini provinsi Bali yang memiliki makanan pokok berupa beras. Beras merupakan makanan pokok yang masih sangat dominan digunakan di Provinsi Bali. Kebutuhan akan beras akan selalu meningkat seiring dengan bertambahnya jumlah penduduk.
Jumlah penduduk yang selalu bertambah dan keadaan produksi beras yang fluktuatif menyebabkan dibutuhkan suatu perhitungan untuk mengetahui bagaimana ketersediaan beras pada waktu yang akan datang. Dengan dasar tersebut maka dibuatlah suatu perhitungan tentang proyeksi ketersediaan beras. Ketersediaan beras adalah perbandingan antara produksi beras per tahun dengan kebutuhan beras perkapita dalam setahun. Dengan membandingkan antara produksi dan kebutuhan tersebut akan diketahui indeks ketersediaan pangan dalam satu tahun, apakah mencukupi atau tidak.
Untuk memperhitungkan jumlah penduduk pada masa yang akan datang digunakan proyeksi penduduk. Proyeksi penduduk yang dilakukan dalam tulisan ini menggunakan metode komponen yang memperhitungkan fertilitas, mortalitas dan migrasi. Proyeksi penduduk dilakukan untuk tahun 2005, 2010 dan 2015 dengan data dasar jumlah penduduk hasil Sensus Penduduk Tahun 2000. Hasil sensus tersebut tidak langsung dilakukan proyeksi, namun dilakukan evaluasi data dan perapihan data agar hasilnya maksimal. Evaluasi data menunjukkan bahwa data yang ada tidak valid untuk dilakukan proyeksi karena adanya penggelembungan penduduk pada usia yang berakhiran 0 dan 5, sehingga perlu dilakukan perapihan. Perapihan data dilakukan dengan cara Quadratic, sehingga dihasilkan data yang siap untuk dilakukan proyeksi. Proyeksi penduduk yang dilakukan menggunakan beberapa asumsi terkait dengan fertilitas, mortalitas dan migrasi.
Asumsi Fertilitas yang digunakan berkaitan dengan ASFR. ASFR adalah rata-rata fertilitas pada setiap range umur. Dalam melakukan proyeksi ini dilakukan asumsi bahwa ASFR tetap pada tahun awal sampai tahun akhir proyeksi. Asumsi ini dilakukan karena nilai fertilitas perempuan Bali sudah cukup rendah, TFR pada tahun 2007 berdasarkan data SDKI pada angka 2,1 yang menunjukkan sudah lebih kecil dari rata-rata nasional 2,3, sehingga diambil asumsi bahwa ASFR nya tetap. Hal ini akan berkaitan dengan program Keluarga berencana yang cukup sukses dan angka prevalensinya yang tinggi.
Asumsi Mortalitas dalam perhitungan ini dilihat dari nilai Level of Mortality (LOM). Nilai LOM dihitung berdasarkan metode Brass yang memperhitungkan angka kelahiran dan kematian bayi. Hasil perhitungan menghasilkan bahwa LOM Provinsi Bali pada tahun 2000 sebesar 22,11. Level tersebut sudah merupakan level yang cukup tinggi. Apabila dikonversikan dengan angka harapan hidup maka angka harapan hidup di Provinsi Bali sekitar lebih dari 70 tahun. Asumsi mortalitas dilakukan dengan menggunakan level yang sama pada rentang tahun berikutnya. Asumsi ini didasari bahwa apabila LOM sudah melebihi level 20, maka tingkat harapan hidupnya sudah tinggi dan peningkatan angka harapan hidup sudah maksimal dan dalam keadaan nyatanya keadaaan tersebut sulit dilakukan. Oleh sebab itu apabila LOM sudah melebihi level 20, pada rentang tahun berikutnya tidak dilakukan penambahan level lagi. Berbeda dengan level dibawah 20, pada keadaan tersebut diasumsikan bahwa akan adanya perbaikan kesehatan yang menyebabkan akan adanya peningkatan LOM pada rentang tahun berikutnya.
Asumsi migrasi dilakukan dengan dasar memperhitungkan nett migration. Nett migration adalah hasil selisisih antara jumlah penduduk yang masuk dan jumlah penduduk yang keluar. Asumsi migrasi dilakukan dengan melihat situasi social-ekonomi wilayah tersebut, dan apabila nilai migrasinya kecil, migrasi dapat ditiadakan. Namun untuk Provisi Bali yang merupakan salah satu Provinsi yang menjadi tujuan migran terutama karena potensi sektor pariwisatanya, maa asumsi migrasi dimasukkan. Asumsi migrasi dengan nett migration pada tahun proyeksi dilakuakan dengan angka yang sama, yaitu berdasarkan nett migration tahun 2000. Hal tersebut dilakukan karena diasumsikan keadaan sosial-ekonomi Provinsi Bali dan keseluruhan Indonesia stabil dan arus migran tetap.
Dengan menggunakan asumsi-asumsi tersebut terciptalah proyeksi penduduk Bali pada tahun 2005, 2010 dan 2015. Secara umum jumlah penduduk mengalami pertumbuhan yang cukup kecil yaitu sebesar 0,010 per tahun. Namun jumlah penduduk secara absolut tetap cukup besar. Jumlah kelahiran mengalami kenaikan pada setiap tahun. Namun pada penduduk usia tua cenderung menurun, jumlah penduduk usia tua semakin mengecil. Hal ini diakibatkan penduduk usia produktif yang sangat besar pertumbuhannya ditambah pula adanya arus migrasi masuk pada usia produktif dan anak-anak yang menyebabkan besarnya jumlah pada usia tersebut.
Setelah mengetahui jumlah penduduk maka kemudian dilakukan perhitungan ketersediaan beras. Hal pertama yang perlu dicermati dalam ketersediaan beras adalah produksi padi. Produksi padi provinsi Bali dari tahun ke tahun mengalami penurunan. Rata-rata penurunan produksi padi adalah sebesar 0,0258 per tahun. BPS Bali menyimpulkan bahwa dalam produksi tahun 2007-2008 penurunan produksi padi tersebut diakibatkan antara lain :
a)Berlanjutnya konversi lahan pertanian ke non pertanian
b)Menurunnya kualitas dan kesuburan lahan akibat kerusakan lingkungan
c)Rusaknya prasarana pengairan sekitar 30 persen
d)Persaingan pemanfaatan sumberdaya air dengan sektor industri dan pemukiman,
e)Kurang terealisasinya harga pupuk bersubsidi
f)Lambatnya penerapan teknologi akibat kurang insentif ekonomi
g) Anomali ikllim dan menurunnya kualitas lingkungan.
h)Masih tingginya proporsi kehilangan hasil pada proses produksi dan penanganan hasil panen dan pengolahan , menjadi kendala yang menyebabkan menurunnya kemampuan penyediaan pangan dengan proporsi yang cukup tinggi. Pasa padi dan produk hortikultura kehilangan hasil ini mencapai lebih dari 10 persen.
Keadaan-keadaan tersebutlah yang memperkuat assumsi bahwa proyeksi pertumbuhan produksi padi menurun.
Perhitungan produksi beras dilakukan dengan beberapa tahap. Tahapan tersebut menggambarkan proses pengolahan padi ke beras. Produksi padi murni yang masih berupa gabah kering giling dalam perhitungan dikurangi dengan beberapa variabe l sebelum diolah menjadi beras. Variabel tersebut adalah pakan ternak, bibit dan nilai yang tercecer. Setelah dikurangi niai-nilai tersebut maka kemudian dihitung dengan pengkonversian padi ke beras, secara umum pengkonversian 100 padi akan menjadi beras sebanyak 62,3 %-nya.
Kebutuhan dan ketersediaan yang dihitung dalam metode UN,2004 adalah kebutuhan dan ketersediaan perkapita. Yang dimaksudkan adalah kebutuhan dan ketersediaan per kepala dalam jangka waktu tertentu. Kebutuhan orang dewasa beras per hari adalah 300 gram, diasumsikan kebutuhan per setiap orang kurang lebih dengan ukuran tersebut. Dengan perbandingan antara kebutuhan dan ketersediaan beras maka akan diketahui indeks ketersediaan beras. Apabila kebutuhan lebih besar daripada ketersediaan beras maka ketersediaannya kurang dan apabila ketersediaan lebih besar dari kebutuhan maka ketersediaan beras mencukupi.
Hasil perhitungan menyebutkan bahwa Indeks Ketersediaan Pangan (beras) Provinsi Bali dari tahun 2000 hingga tahun 2015 kurang dari 1, berarti menunjukkan bahwa ketersediannya lebih besar daripada kebutuhannya. Hal ini menunjukkan bahwa produksi beras di daerah tersebut sudah mampu mencukupi kebutuhan beras penduduk pada wilayah tersebut. Bahkan masih ada sisa yang dapat digunakan sebagai cadangan beras maupun didistribusikan ke daerah lain. Namun perlu dicermati angka yang dihasilkan semakin meningkat tahun indeksnya ketersediaan pangan semakin mendekati 1. Hal tersebut mengindikasikan apabila dalam keadaan demikian terus, maka ketersediaan beras akan semakin berkurang dan akhirnya kebutuhan akan melebihi ketersediaan yang berarti akan terjadi kekurangan pangan (beras) didaerah tersebut.
Dengan memperhatikan dan memperhitungkan keadaan tersebut, pemerintah daerah seharusnya memandang serius permasalahan ini. Dalam era desentralisasi ini, pemerintah daerah berkewajiban penuh dalam menjamin kesejahteraan penduduknya. Berbagai kebijakan untuk melindungi ketersediaan pangan yang bertujuan untuk ketahananan pangan dapat diambil berkaitan dengan kebijakan kependudukan seperti program KB untuk menurunkan laju pertumbuhan penduduk dan menjaga kualitas penduduk berkaitan dengan kesehatan terutama kesehatan reproduksi dan ibu dan anak, selain itu dapat juga dibuat kebijakan mengenai pertanian seperti intensifikasi pertanian yang berasaskan kearifan lokal dan lingkungan, kebijakan lahan abadi untuk sawah dan lain sebagainya.


BAB IV
PENUTUP

IV.1 Kesimpulan

Proyeksi penduduk dapat diaplikasikan dalam berbagai perencanaan sektor kehidupan. Salah satunya adalah proyeksi ketersediaan pangan. Proyeksi Ketersediaan pangan akan memberikan gambaran bagaimana ketersediaan pangan suatu wilayah. Dengan menggunakan data proyeksi ini akan diketahui kebijakan yang akan ditetapkan dan solusi untuk membendung permasalahan yang akan datang.
Selama jangka waktu tahun 2000 hingga 2015, penduduk Provinsi Bali mengalami peningkatan yang tidak terlalu besar. Pertumbuhannya per tahun mencapai 0,018. Sedangkan pertumbuhan produksi beras mengalami penurunan sebesar 0,0298 per tahun.
Perhitungan ketersediaan pangan di Provinsi Bali dengan sumber data tahun 2000, menyebutkan bahwa selama kurun waktu 15 tahun ke depan ketersediaan beras akan mencukup kebutuhan penduduk. Hal tersebut dapat terjadi apabila asumsi yang digunakan tepat dan pemegang pemerintahan minimal dapat mempertahankan asumsi tersebut.


IV.2 Saran

Memperhatikan hasil perhitungan dan analisis di atas, agar ketersediaan beras dan kebutuhan beras berimbang dan mungkin dapat terjadi swasembada beras dapat dilakukan dengan beberapa cara, antaralain :
1.Mempertahankan lahan-lahan pertanian yang subur agar tidak terjadi alih fungsi lahan dengan menggunakan suatu kebijakan dan undang-undang yang tegas.
2.Menggurangi penggunaan bahan kimia pertanian yang dapat mempercepat degradasi tanah, air dan lingkungan.
3.Mempertahankan kearifan lokal dam pengolahan pertanian (subak). Aturan subak berpedoman pada falsafah Tri Hita Karana (tiga penyebab kebahagiaan). Mereka meyakini kebahagiaan akan dicapai bila menjaga hubungan baik antara manusia dengan Tuhan, sesama manusia, dan alam.
4.Pengoptimalan proses pengolahan sehingga dapat dihasilkan jumlah yang maksimal.


DAFTAR PUSTAKA

Badan Pusat Statistik. 1996. Statistik Indonesia Tahun 1995. Jakarta : BPS

Badan Pusat Statistik. 2001. Statistik Indonesia Tahun 2000. Jakarta : BPS

Badan Pusat Statistik. 2006. Statistik Indonesia Tahun 2005. Jakarta : BPS

Badan Pusat Statistik. 2000. Sensus Penduduk Provinsi Bali 2000. Jakarta : BPS

Badan Pusat Statistik Bali.2009. ANGKA RAMALAN (ARAM) III 2009 VS ANGKA TETAP (ATAP) 2008 SERTA POLA PANEN PADI, JAGUNG, DAN KEDELAI No. 45/11/51/Th. III, 10 Nopember 2009. Denpasar : BPS

Warta Demografi.1997. Penduduk dan Pangan : ‘’Bangkitnya Hantu Malthus’’?Warta Demografi (27) Hal 4-7. Jakarta : Jasa Utama

Soekirman.1997. Ketahanan Pangan : Konsep, kebijakan dan pelaksanaannya. Warta Demografi (27) Hal 20-23. Jakarta : Jasa Utama

Sudirja.Rija.2008.Makalah Seminar Nasional :Mewujudkan Kedaulatan Pangan melalui kebijaksanaan pengelolaan lahan pertanian.Bandung: Universitas Padjajaran

Yustika, Ahmad Erani (2008), ”Masalah Ketahanan Pangan”, Kompas, Opini, Rabu, 16 Januari, halaman 6.

www.datastatistikindonesia.com diakses pada tanggal 28 Desember 2009.

2 komentar:

  1. walah nji...kw nduwe blog to??

    koq isine malah mung laporanmu...haks...haks...

    BalasHapus
  2. CasinoRatos Casino Review
    CasinoRatos Casino Review - $20 Welcome Bonus! 스포츠 무료중계 No 강원 랜드 여자 노숙자 deposit bonus is needed. The 룰렛 프로그램 casino 마틴 게일 has a wide range of games from video slots, to table games. 가상 화폐 란

    BalasHapus